Informasi Kejahatan Polri,

Iskandar dan Andi Disekap Serta Dianiaya Polisi PMJ

WANTARA, Bekasi

Dua orang terduga pelaku tindak pidana pencurian pasal 365 KUHP, Iskandar dan Andi Anderson mengaku dianiaya dan disiksa selama dua hari oleh Petugas Unit 1 Jatanras Polda Metro Jaya (PMJ) di Pos Polisi (Polpos) Metland Tambun, Kabupaten Bekasi. Penangkapan keduanya dipimpin Kanit I Jatanras PMJ, Kompol Aris Supryono, disebut tak bedanya seperti peristiwa masa PKI (Partai Komunis Indonesia) yang terkenal tidak berperikemanusiaan.

Mata Iskandar dan Andi Anderson oleh petugas PMJ dilakban, lalu mereka dipukuli dan disetrum menggunakan tongkat berkekuatan tenaga listrik. Bahkan istri Andi Anderson, Iin Hertiin dan anaknya Alfira yang masih berumur 3,5 tahun juga turut disandera di Pol Pos Metland Tambun.

Kepada WANTARA di ruang sidang Pengadilan Negeri Cikarang, Kabupaten (Kab) Bekasi, Selasa (5/3) lalu, Iskandar yang kala itu terlihat pucat dan meringis menahan sakit mengatakan, sakit di dadanya adalah akibat penganiayaan yang dialami selama dua hari, di Pol Pos Metland Tambun, dan dilanjutkan di Polda Metro Jaya. Iskandar juga mengatakan, tulang iganya (dada-red) retak membuatnya harus merasakan sakit luar biasa, terlebih lagi pada malam hari.

Ditambahkan Iskandar, petugas penyidik PMJ sempat mengatakan kepadanya (Iskandar-red) akan dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, namun tak terlaksana. Bahkan ketika Iskandar akan dipindahkan ke Rumah Tahanan Negara Lembaga Permasyarakatan (Rutan Lapas) Bulak Kapal, Bekasi, sempat ditolak oleh petugas Lapas dengan alasan kesehatan.

Dikatakan Iskandar kepada WANTARA bahwa hingga saat ini dirinya belum pernah mendapatkan pengobatan serius (seperti tindakan rontgen). Hal itu diduga sengaja dilakukan agar jejak atau bukti penganiayaan yang dilakukan oleh anggota kepolisian PMJ yang menangani kasusnya tersebut, tidak terbongkar.

Penuturan Iskandar, dia ditangkap di rumahnya, di Bekasi, oleh Tim Unit 1 Jatanras PMJ pada Sabtu (6/19/2012), dengan tuduhan turut membantu melakukan pencurian uang ratusan juta rupiah milik salah seorang nasabah Bank BCA Cikarang. Tim petugas yang menangkap menuduhnya terlibat hanya dengan dasar pada alat yang digunakan Polisi terdeteksi nomor seluler milik Iskandar yang digunakan di sekitar Bank BCA tempat kejadian perkara.

Pengakuan Iskandar kepada WANTARA, bahwa kepada polisi dia mengatakan tidak mengetahui soal kasus pencurian itu, tapi dirinya pernah saling memberikan nomor telepon kepada teman sekampungnya ketika bertemu di Jakarta, setelah itu tidak lagi pernah bertemu. Tapi Petugas PMJ kata Iskandar, tetap menuduhnya terlibat dalam kasus itu dan membawanya ke Pol Pos Meltland Tambun.

Iskandar kepada WANTARA juga mengaku sejak tanggal 6 sampai 8 Oktober 2012 di Pol Pos Metland Tambun, matanya dilakban. Dia di sana dianiaya dan disiksa agar mengatakan turut terlibat dalam kasus perampokan Bank BCA Cikarang.

Masih penuturan Iskandar, penganiayaan yang dirinya oleh polisi PMJ yang menangkapnya terus berlanjut hingga di Markas PMJ. “Saya ingat betul bahwa Kompol Aris Supryono turut menganiaya saya, juga pernah menyeterumku. Karena saya tidak kuat merasakan sakitnya siksaan dan setrum, terpaksa saya katakan terlibat (mengaku-red). Ini dada saya ada yang retak, sakit rasanya. Itu sebabnya saya mengiayakan saja apa yang ditulis Polisi dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Tapi saya benar-benar tidak tahu kejadiannya. Saya yakin, ini salah tangkap,” tutur Iskandar dengan raut wajah sedih.

Apa yang dialami Iskandar juga menimpa temannya Andi Anderson, meski tidak sampai mengalami luka para. Andi Anderson juga membantah terlibat dalam perkara tersebut. “Saya terpaksa mengaku karena tidak tahan siksaan”, tutur Andi Anderson.

Penuturan kisah penganiayaan yang dialami Iskandar dan Andi Anderson terputus di pintu sel (kamar tahanan) PN Bekasi, karena tanpa alasan petugas Kejaksaan Negeri Cikarang yang menjaga tahanan melarang WANTARA berkomunikasi dengan Iskandar dan Andi Anderson.

Petugas Kejaksaan itu berlaku diskriminatif dengan para tahanan yang lain yang di depan mata WANTARA terlihat bebas berkomunikasi di dalam sel (ruang) tahanan bahkan hingga membawa voucher dan memberi sejumlah uang kepada tahanan yang dibesuknya.

Disandera

Sementara itu, Iin Hertiin istri Andi Anderson kepada WANTARA menuturkan, pada tanggal 5 Oktober 2012, sebanyak 3 unit mobil Polisi datang ke rumahnya dan mengajaknya untuk menunjukkan rumah salah seorang saudaranya. Polisi tersebut membawa Iin Hertiin dan bayinya Alfira (3,5 tahun) dan menempatkannya di Pol Pos Metland Tambun.

Iin Hertiin diancam tidak akan dilepas jika suaminya Andi Anderson belum tertangkap. Setelah Andi tertangkap di Kuningan, pada 6 Oktober 2012 baru Iin Hertiin dan bayinya diizinkan pulang. Lebih satu hari satu malam lamanya mereka di Pol Pos itu diinapkan, tutur Iin Hertiin kepada WANTARA.

Ketika hal ini dikonfirmasi, kepada Kepala Pol Pos Metlland Tambun, Aiptu Kasworo, Jumat (8/3), tidak berada di tempat, demikian halnya Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tambun, Kompol Andri Ananta Yudhistira. Menurut salah seorang staf di Polsek itu, Kapolsek sedang menghadiri kegiatan masyarakat di Kelurahan Jati Mulia.

Sementara Kanit Reskrim Polsek Tambun, AKP Suwardi melalui selulernya nomor 0856 9772 XXXX kepada WANTARA membenarkan ada dua orang tahanan Polda Metro Jaya yang dititipkan di Pol Pos Metland Tambun, pada tanggal 6 sampai 8 Oktober 2012. Disinggung soal penganiayaan yang menimpa tahanan itu, Suwardi mengatakan, tidak tahu.

Di tempat terpisah, Kanit 1 Jatanras PMJ, Kompol Aris Supryono saat dikonfirmasi WANTARA melalui selulernya di nomor 0812 8132 XXXX Sabtu (9/3) membantah telah melakukan penganiayaan terhadap kedua tersangka.

Namun penuturan sumber tepercaya koran ini di lingkungan Rutan Lapas Bulak Kapal, Bekasi, mengungkapkan bahwa pada hari itu juga Aris Supryono langsung mengirimkan bawahannya ke Rutan Lapas Bulak Kapal, dan mengancam keduanya (Iskandar dan Andi Anderson) agar tidak menceriterakan penganiayaan yang dialaminya kepada Pers. (Wilson)